Hanung Bramantyo merupakan Sutradara favorit gw setelah berturut-turut nonton filmnya ada grafik peningkatan. Bisa dibilang Hanung seorang layak diakui sebagai Sutradara terbaik.
Dan mengikuti kisah-kisah diya dalam penggarapan film Ayat-Ayat Cinta melalui tulisan diya di Blognya gw mulai pesimis kalau film ini akan menjadikannya/mengangkatkan predikat Terbaiknya sebagai sutadara. Begitu banyaknya cobaan yang dialaminya dari faktor shooting di mesir yang gagal total hingga pro-kontra dari ‘kalangan’ tertentu yang menjaga kualitas film ini tak jauh dari bukunya. Akhirnya film ini pun ‘selesai’ dan pun masalah menghadang saat2 terakhir, mulai di undurnya Premiere hingga bocornya MASTER KASAR PENUH film ini… hiks. Maaf yah hanung, kalau di server Kampusku sudah tersedia File film Ayat-ayat cinta dengan format WMV-AVI.
Gw belum liat dibalik cerita ‘bocornya’ master tersebut dimedia. Yang konon sudah tersedia di internet seminggu yang lalu. Ah, film yang dibuat demi sang Ibunda yang senang sekali membaca novelnya, ternyata begitu penuh rintangan sepanjang perjalanannya.
File yang baru gw donload dari server FTP kampus ini totalnya sekitar 1,2 GB dengan di pecah menjadi 3 file masing masing 490MB, 420MB dan 200 MB. Berformat AVI dengan Codec WMV. resolusi 640x480 pixel.
Editan kasar yang minus effect opening title, sound FX envorinment, transisi, dan ending title credit. Menyajikan penuh dari awal hingga akhir film.
Untuk hasilnya harus gw akui film ini gagal, gagal ngikutin kehebatan novelnya sendiri, dan gagal sebagai sebuah film(tanpa peduli diangkat dari novel).
Dari segi cerita penuturan yang terpenggal-penggal dan terburu-buru diawal. Dan mulai mengalir di tengah film. Dan kalau ngarep bakalan sama kayak di novel. Jangan harap bakal sama persis. Banyak yang dipotong dan perubahan sedikit.
Dari segi Setting, film ini juga gagal… hanung yang mendetail di film, terluhat meminimaliskan kedetailannya di sini. Mesir dan sungai nil hanya potongan2 yang mampir sepanjang film. Kostum timur tengah pun gak keliatan. Film ini takut mengambil shot-shot luas. Jadi semua shot hanya sebatas Medium Shot.
Hmm, terkutuklah yang meng Upload Master ini. Tapi kalau ini salah satu trategi marketing keren juga. Hehehe mudah2an bener. Ini disengaja.
Tapi gw tetap angkat topi buat Hanung!
Pengalaman semua ini merupakan harta yang tak terhingga, yang bakal mengasah bakat lo Nung!! Tetap berkarya…
Banyak yg nawarain gue sih, mo donlot ga? Hehehe...ga mau ah, mo liat yang dah jadi total aja, biar puas. Gua belun baca bukunya nih -sengaja-. Biar gak dipengaruhi sama ekspektasi2 tertentu.
BalasHapusGua sempet mikir, apakah peredaran ilegal itu merupakan trigger awalnya, sebelum beredar secara resmi. Hmm.. biar orang jadi makin penasaran gitu! Hehe.. gak tau ah!
Mungkin ada baiknya menonton yang original...biar nilainya (terutama soal editing dan sound) lebih objektif...
BalasHapusMenurut gw, benang merah di novel cukup terangkat di film, yakni keikhlasan, kesabaran dan kualitas iman adalah Islam.
Gw setuju soal angel kamera, hanung lebih banyak melakukan close up pada pemainnya (maaf ga tau istilahnya), mungkin ini meminimalis ga syuting di mesir kali ya?
salah satu film terbaik lah di awal tahun 2008...