Sahabat berujar disela-sela curhat.
“Yang namanya pacaran itu unik. Lebih indah dari persahabatan diawal namun lebih pahit dan pedih di akhir.”
“mantan gw sekarang kalo liat gw dah kayak mau ngeludahin aja, beda dengan sahabat. Kesalahan apapun kita lebih bisa ikhlas.”
Susu sebelangga rusak dengan setitik nila ujarnya
Cinta kasih sayang dengan status berkomitmen (biasa disebut:pacaran) memang unik, semua syarat/aturan pun tercipta secara tersirat tanpa sadar. Yang akhirnya selalu saja ada ‘sidang penghakiman’ untuk ‘pelanggaran’nya. Rasa rindu pun bisa jadi sebuah ‘pasal’ untuk ‘penghakiman’ tatkala ‘terdakwa’ dianggap tidak bisa memenuhi perasaan rindu ‘korban’. ‘korban’ akan menuntut pada ‘terdakwa’ atas perasaan yang dia alami, bukan karena sebagai tanggung jawab, tapi sebuah aturan tersirat yang menjadi pedoman -implisif. Hingga akhirnya tercipta UU baru ‘yurispidensi’ dari ‘kasus’ tersebut. Ini akan terus berulang-ulang… sebuah UU/Aturan baku tercipta selama perjalanan sepasang kekasih. ‘Tuduhan’ yang berasal dari terciptanya rasa ‘ketidaknyamanan’ personal, menjadi acuan bukti untuk segera diadakan ‘pengadilan’ terhadap pasangannya. Cinta membebaskan? Adakah? Kalaupun ada, sangsi kalau itu benar2 cinta. sesuatu yang mutual, butuh sebuah pengobanan, penyelarasan. UU/aturan-yang implisif tercipta untuk mengatasi semua itu. Maka terjadilah ‘pengadilan’ bila salah satu pihak merasakan adanya ketimpangan dalam sebuah hubungan ‘mutual’ tersebut.
Ah sudahlah rumus mana yang bisa menyelaraskan cinta. Ilmuwan matematika, Kalkulus, mana Rumus pasti mana yang dapat menemukan equilibrium. Karena, diketahui n= ~
Dari zaman Adam hawa hingga Ken Arok Ken Dedes… kisah cinta hanya bisa ditulis, diceritakan,di curhatin, dialami. Indahnya, Megahnya, warna-warninya, nyamannya, Lucunya, Sakitnya, lukanya, darahnya…
Jangan takut mengambilnya, menghadapinya, mencicipi…karena semua rasa didunia ada dalam satu tegukkan bercinta.
Seperti kata J.Lennon-Mcartney “… All you need is love”
0 komentar:
Posting Komentar
say something....