Discover fascinating and informative short stories on our blog. From historical events to natural world facts, our random stories will captivate you. Read now and expand your knowledge in a fun and enjoyable way!

Minggu, 17 Mei 2009

Sol

Minggu, Mei 17, 2009 Posted by Tito No comments
...continued

Sepanjang perjalanan Bekantan dan Dodo terus menerus cekikikan menceritakan kabar burung. Dodo, dengan sangat bersemangat bercerita, "Kalau sampai tidak terbukti, berani bersumpah deh, biar saja anak-cucu Dodo punah!!" Ditimpali dengan gelak Bekantan yang dengan bersemangat berteriak, " Yah, kalau sampai terbukti sebaliknya, saya berani bersumpah biar saya minum semua kotoran si Luak ini." Dan mereka tertawa bagai dua binatang sinting sepanjang jalan.

Luak dengan wajah sok tenangnya mencoba mengingatkan, " Hei, kalian lupa betapa tajamnya telinga Raja Beruang?" Dan bersamaan dengan kata-kata itu, senyaplah seketika pembicaraan antar Bekantan, dan Dodo. Mereka saling melirik, dan diam menahan tawa masing-masing. Tapi ketenangan itu terusik oleh beberapa lusin lebah yang muncul dari entah mana mengelilingi mereka, menghadang jalan mereka.

"Siapa kalian?" Ketus salah satu lebah dengan tangan belepotan madu putih yang keruh.

"Kami dipanggil oleh Sang Raja Besar kesini." Jawab Dodo setengah berteriak. Lalu ia mengeluarkan sehelai surat dari anyaman rami yang sangat halus, dan menyerahkan rami itu pada gerombolan lebah.

Lebah-lebah itu berkumpul dan membaca anyaman dan ikatan rami. Berusaha memecah sandi yang tersembunyi dalam surat tanpa tulisan itu. Bekantan, yang terlihat cemas, segera menunduk malu hingga merah ujung hidungnya. Dodo yang melihat kegelisahan si Bekantan hanya berbisik, "Ya, perjalanan kamu boleh berhenti disini. Ingat, jangan sebarluaskan berita burung tadi. Semua berita burung hanya dapat dimengerti jika dijelaskan oleh kaum kami, jangan coba-coba jelaskan dengan kata-katamu sendiri."

Bekantan tergagap," Bagaimana kamu akan tahu jika kabar burung itu tersebar oleh aku atau oleh babi jelek itu?"

Dodo mendengus malas, "Babi jelek ini takkan mengerti. Mencium bebek? Puh.. Makhluk apapun yang berani-beraninya mencium bebek dari kandang sebelah danau petaka itu pasti sudah tak punya otak. Bebek? Ya ampun,, dari semua makhluk yang tercipta di muka bumi ini?"

Babi kecil jelek mendelik marah dengan muka padam. Ia sangat kesal. Ia sangat marah, dan ia hampir saja melompat untuk menggigit pantat besar Dodo yang sok tahu itu, ketika tiba-tiba Bekantan berteriak melenguh dan gerombolan lebah menyingkir memberi jalan. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Bekantan melompat ke atas pohon, dan berayun menghilang dari antara mereka.

Seekor lebah di sebelah telinga babi berbisik kesal pada lebah lain di sebelahnya, "Kabar burung itu lagi?" Babi kecil segera menatap mereka dengan penuh tanda tanya. "Lagi?" Si lebah, yang menyadari babi itu mendengar ucapannya berbisik lebih pelan lagi, namun kali ini ia membisikkan kata-katanya untuk babi, "Hei, kamu sangat pintar memilih seekor bebek paling cantik untuk dicium. Pada saatnya, kamu tidak akan menyesal barang setetespun."

Dan muka babi kecil kembali merah padam, karena malu dan terbayang paruh manis itu kembali. Ia mencoba mengalihkan pandangannya pada lebah dengan tangan berlumur madu yang sedang membaca surat dari rami.

"Raja sibuk! Kembali besok atau ingin menyelesaikan urusan ini dengan bertemu Asisten Deputi KemBuBIIDDBin (Kementerian Binatang Urusan Bencana Isu Internal Dalam Dunia Binatang) ?" Ketus lebah yang selesai membaca gulungan rami seraya menyerahkan surat itu ke paruh bengkok besar Dodo.




to be continued......

0 komentar:

Posting Komentar

say something....